
My rating: 5 of 5 stars
View all my reviews
"Semua ini bukan salahmu. Ada lebih banyak pria baik di dunia ini." p. 211
.
.
📕 Kim Jiyeong Lahir Tahun 1982
✏ Cho Nam Joo
📚 Gramedia Pustaka Utama
⌛2019
192 p.
.
Pertama kali tau buku ini karena Irene Red Velvet yang waktu itu dikecam oleh fansnya gara-gara dia baca buku ini. Penasaran, ternyata buku ini udah di filmkan dan udah terbit juga di Indonesia. Awalnya aku beli buku dulu, tapi berakhir nonton filmnya dulu 😅. Ternyata, baca bukunya seasyik itu. Aku bakalan review bukunya dulu:
.
.
Tokoh utama dalam buku ini tentu saja Kim Jiyeong. Ia adalah anak ke-2 dari 3 bersaudara. Kakaknya perempuan, dan adiknya laki-laki. Kim Jiyeong tumbuh dalam keluarga yang lebih menghargai anak laki-laki. Apapun hal yang diberikan kepada mereka akan diberikan pada anak laki-laki dulu. Contoh saja, ada 2 mangkuk bakso, 1 mangkuk punya adiknya, dan 1 mangkuk lagi dimakan berdua oleh Kim Jiyeong dan kakaknya. Karena dibesarkan di lingkungan seperti itu, Kim Jiyeong merasa tidak ada yang salah, merasa wajar karena kakak harus mengalah. Meskipun udah ada kesan diskriminasi terhadap perempuan di keluarganya. Tapi nggak terlalu mencolok. Seiring bertumbuh, kesenjangan antara pria dan wanita semakin dirasakan Kim Jiyeong. Banyak kejadian yang membuat dia berpikir bahwa menjadi perempuan di Korea itu sulit. Perempuan seolah selalu dihadapkan oleh kesalahan dan pilihan. Hingga akhirnya ia mengalami depresi. Beruntungnya Kim Jiyeong mempunyai Ibu yang selalu mendukungnya, begitu pula suaminya, Jung Daehyeon. Meski bisa dibilang sang suami ini kadang juga tanpa sadar masih berpikir seperti masyarakat kebanyakan.
.
.
Itu sedikit isi dari bukunya. Satu hal yang tersirat dibenakku setelah baca ini adalah merasa beruntung lahir di lingkungan yang membuat diriku berharga sebagai perempuan. Banyak permasalahan tentang perempuan yang dimunculkan oleh penulis. Dan aku dibuat terhanyut dengan cara penulis memilih diksi dan alur yang mengalir begitu saja. Oh iya, buku ini dibagi ke dalam beberapa babak, yaitu musim gugur 2015, 1982-1994, 1995-2000, 2001-2011, 2012-2015, dan 2016. Bisa dibilang ini seperti pembagian kehidupan Kim Ji Yeong mulai dari lahir hingga dia jadi Ibu.
Sudut pandang yang digunakan penulis adalah sudut pandang orang ketiga. Dan ini menurutku pas banget. Walaupun ternyata ada twist, karena ku kira ini ditulis dari sudut pandang penulis. Eh ternyata... bukan. Hahahaa.
.
.
Ada kalimat penutup dari psikiaternya Kim Jiyeong diakhir babak. Tapi sebenarnya aku kecewa sekali sama si psikiater ini. Dia laki-laki, yang juga punya istri. Mendengar kisah Kim Jiyeong dan menyadari bahwa perempuan didiskriminasi begitu, nyatanya tidak membuat dirinya mengambil langkah yang berbeda dengan kebanyakan masyarakat yang memandang rendah perempuan. Keselllll.
.
.
Btw, buku ini sarat akan data statistik dan data real keadaan yang sesuai dengan perjalanan hidup Kim Jiyeong. Penulis benar-benar seperti mengkritisi topik ini di masyarakat. Kalau udah baca peREmpuan-nya kang Maman, kalian pasti tau. Mirip-mirip kayak gitu lah. Dan ini menarik banget karena didasarkan data nyata.
Serius sih, buku ini bisa banget diselesaikan sekali duduk👍. Rekomendasi deh buat kalian yang bingung nyari buku bacaan buat #dirumahaja 😍😍
0 Comments