
My rating: 4 of 5 stars
View all my reviews
πThe Girl who Drank the Moon
πKelly Barnhill
π Bhuana Sastra
π 402 hlm.
π 2016
.
.
"Dunia itu baik. Pergilah melihat dunia." (p.392)
.
.
Ada sebuah kisah tentang sebuah negeri yang dikutuk sang Penyihir. Negeri itu harus mengorbankan satu orang termuda tiap tahun, tepatnya pada Hari Pengorbanan, untuk dijadikan persembahan kepada sang Penyihir. Tak pelak, seluruh negeri selalu dilingkupi kabut kesedihan. Rasa sedih dan sakit saat anaknya dipisahkan dari keluarganya menyelubungi setiap jengkal negeri itu. Meski Tetua tau hal itu tidak benar, karena Tetua beranggapan pada akhirnya anak yang ditinggalkan di hutan sebagai persembahan hanya akan berakhir dimakan hewan buas. Siapa sangka kedua cerita ini juga salah? Bahwa anak-anak yang ditinggalkan di hutan nyatanya diambil oleh seorang Penyihir baik hati. Hingga suatu hari ia mengambil seorang bayi yang ia berikan cahaya bulan, terus menerus, dan tanpa sadar sihir memenuhi si bayi. Ialah Luna, tumbuh dengan segala keajaiban sihir.
.
.
Begitu secuplik kisah yang diceritakan dalam novel ini. Novel fantasi yang nggak cuma menggambarkan dunia yang penuh magis, tapi juga menggambarkan kekeluargaan, persahabatan, kepercayaan yang terjalin erat dan rapi dalam satu kisah ini. Alur yang disajikan maju mundur. Mundur pada saat ingatan Xan, si Penyihir, kembali. Maju saat menceritakan bagaimana Luna saat kecil hingga ia berusia 13 tahun saat sihirnya kembali mengalir. Pada awalnya, memang cenderung lambat alur cerita saat Luna kecil. Luna yang sering main-main tanoa mengetahui apa sebenarnya yang terjadi padanya. Cukup lama, hingga Xan memilih untuk menyegel sihir Luna. Menurutku dari sini cerita jadi lebih cepat berkembang. Secara pribadi, aku suka banget kisah yang disuguhkan. Gaya bahasa yang dipakai cukup mudah dimengerti tapi disisi lain aku juga merasa kalau si penulis cukup puitis dalam merangkai narasi-narasi di dalamnya. .
.
Aku suka penyajian novel ini, pada bab yang seolah-olah kisah ini diceritakan secara turun temurun dari orang tua ke anaknya. Seolah-olah kita ada di dunia dongeng saat membaca bab selanjutnya.
0 Comments