Suatu ketika seorang anak laki-laki datang menghampiri seorang penjual balon. Dilihatnya beraneka balon berwarna-warni yang terikat di bagian belakang sepeda si penjual balon. Diantara balon-balon yang penuh warna itu, sang anak ternyata tertarik dengan sebuah balon warna merah yang berada di bagian paling atas.
Tampilkan postingan dengan label Fiksi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Fiksi. Tampilkan semua postingan
Aku marah..
Pada hujan yang menari di atas tanah merah
Pada mendung yang menggelapkan angan indah
Pada seratus camar yang bergelayut manja
Aku marah, tapi pada siapa ku harus mengadu?
Bulan tak lagi mau mendengar,
Jangankan mentari, terlalu takut untuk menyinar
Pada siapa?
Angin melenggang dengan anggun begitu saja
Mengejek lelehan ku yang hampir kering olehnya
Pada siapa?
Entah, aku benci!
Pada hujan yang menari di atas tanah merah
Pada mendung yang menggelapkan angan indah
Pada seratus camar yang bergelayut manja
Aku marah, tapi pada siapa ku harus mengadu?
Bulan tak lagi mau mendengar,
Jangankan mentari, terlalu takut untuk menyinar
Pada siapa?
Angin melenggang dengan anggun begitu saja
Mengejek lelehan ku yang hampir kering olehnya
Pada siapa?
Entah, aku benci!
Hanya sebuah keluh

Lihatlah!
Bulan menggantung di langit malam
Menghapus gelap sang kelam
Menyebarkan halus sinar putihnya
Sang dewi tak lagi sendiri
Tak lagi sepi merenggut
Lihatlah senyum yang mengukir indah
Seperti itu..
Tunggu.. apa itu?
Dua bulan?
Gerhana muncul
Sang dewi berteriak
Tubuhnya tercabik
Bulan kembar itu bergerak menyatu.
Tamat.
Dewi menghilang.
Tertelan gerhana yang menghitam.
^^;;;
Search
ABOUT ME
I could look back at my life and get a good story out of it. It's a picture of somebody trying to figure things out.
POPULAR POSTS
Formulir Kontak
Diberdayakan oleh Blogger.
Goodreads
Anisa's bookshelf: read





"Bukan banyak bicara, melainkan diamlah yang ditakuti dari seorang wanita!" "Kemuliaan wanita terlihat pada bangun awalnya dan kesabarannya"
.
.
#reviewdiction
