Novel Suddenly I Became a Princess Episode 1 [Terjemahan Indonesia]
Haai!Bagaimana kabarnya? Hoho
Siapa yang suka baca webtoon-nya Suddenly I Become a Princess? Saya suka banget, sampe kepo sama novelnya. Dan kebetulan banget nemuin link novel versi terjemahan bahasa Inggris di salah satu website. Alhasil karena greget juga sama ceritanya saya putuskan buat bikin terjemahan Bahasa Indonesia versi saya.
Oh, iya, karena saya translate dari versi Bahasa Inggris mungkin ada sedikit pergeseran kata dari Bahasa Koreanya dan saya nerjemahinnya agak saya sesuaikan dengan kondisi dan kata-kata yang menurut saya cocok. Hope you guys enjoy my translation ~
Here we go!
V1 C1: Suddenly Became A Princess One Day
"Apa yang harus kulakukan agar Yang Mulia menyayangiku?"
Atanasia menatap seseorang yang duduk dihadapannya dengan wajah penuh air mata. Ayahnya, Yang Mulia Claude hanya menunduk menatapnya tanpa emosi.
"Apa saya harus menjadi seperti Zenith? Jika begitu, akankah Ayah menyayangiku? Seperti yang Ayah lakukan pada Zenith, memanggil namaku dengan mata yang penuh kehangatan? Jika aku berusaha lebih keras lagi..."
Saudara tirinya yang cantik. Zenith mendapatkan kemewahan yang tak pernah didapat Atanasia sebelumnya, tidak cukup dengan itu, ia juga mencuri Ayah Atanasia.
Gugup karena menyebut nama itu di hadapan Ayahnya, Atanasia sudah sangat kacau sekarang. "Dibanding membuangku, bisakah Ayah menyambutku dengan kedua tanganmu?
"Tidak akan. Sampai aku mati sekalipun."
"Bagaimana mungkin?"
Claude tidak ragu menjawab. Dia tidak terkejut melihat putrinya yang biasanya tenang menjadi ingin dikasihani di depannya.
"Aku juga putrimu, Ayah. Aku ada disini jauh lebih lama daripada Zenith."
Atanasia mengerahkan seluruh keberaniannya untuk mengucapkan permohonan pertama dan terakhirnya. Yang Mulia, Ayahnya tetap tak berkutik barang sedikit pun hingga akhir.
"Dasar bodoh."
Tangan yang memegang kaki Claude kehilangan kekuatannya dan jatuh ke lantai. Kata-kata itu membuat hati dan pikiran Atanasia hancur. Kata itu membuat hati Atanasia remuk hingga bisa membuat telinganya berdarah saat itu juga.
"Aku tak pernah sekalipun menganggapmu sebagai anakku."
Mata biru laut Atanasia tenggelam dalam keputusasaan...
-Chapter 8: Takdir yang Berputar Ω
***
"Aish*!"
Gila.
Bayangan tiba-tiba bagian sebuah novel membuatku tak bisa berkata apapun hingga aku menjatuhkan mainan bayi.
Kenapa aku tiba-tiba membayangkan apa yang terjadi di novel yang baru saja aku baca? Novel romansa yang aku lihat sekilas saat aku melihat seorang pria yang selesai bermain game di tempat aku bekerja sebelumnya.
Novel itu berjudul <Lovely Princess> mempunyai judul yang tak biasa dan sangat cocok dengan isinya, plot dari novelnya juga tak biasa dan terkesan kekanakan.
Apa karena seorang putri 18 tahun yang dibunuh oleh ayahnya sendiri seperti diriku? Argh. Aku benar-benar tidak beruntung. Shoo, shoo! Pergi dari pikiranku sekarang juga!
"Oh, apa ini? Siapa yang membuatku marah berulangkali dan menjatuhkan barang?"
Tak berapa lama, seorang wanita yang tidur di kursi bangun karena suara bel. Ia melemparkan tongkat padaku. Tentu saja, ini tidak masuk akal sama sekali.
Berulangkali? Aku hanya menjatuhkannya sekali! Apa lagi yang kujatuhkan hingga harus berada disini. Selain itu, bayi memang menjatuhkan benda berkali-kali!
"Jangan merengek dan mainkan ini saja."
Bahkan kau tidak membasuh mainan yang jatuh? Aku tak tau apakah memang dunia ini sampah atau orang-orang ini yang tidak memperhatikanku karena aku putri yang tak dianggap. Kupikir aku adalah putri a former... hiks, aku yak ingin mempercayainya.
"Wahh!"
Aku menjatuhkan bel itu sekali lagi.
Meski aku hanyalah seoranh bayi yang hanya bisa merengek, ini tidak benar.
Lalu kemudian, pelayan yang jelek mulai menenangkanku. Meski begitu, wajah menjengkelkan terpatri di wajahny.
"Kenapa menangis? Aku sibuk karena banyak yang harus kujahit. Ini, aku akan mengambilkannya untukmu."
"iswh. (Ini)"
Aku tak suka mainan ini! Aku sudah menjatuhkannya dua kali, dan ini kotor, terlebih ini bukan gayaku! Meski tubuhku adalah bayi, jika kau tau berapa usia mentalku, bermain dengan bel ini sama sekali tidak menyenangkan!
"Apa dia sakit sekarang?"
Dia menggelengkan kepalanya beberapa kali, lalu menaruhku yang main di atas karpet, di belakang tempat tidur bayi. Dia pasti pergi ke tempatnya. Jika kau akan membawakan bel lagi, mending tak usah kembali.
"Wah ngh."
Aku merebahkan diri dengan tenang dan mengalihkan pandangan. Saat aku melakukannya, aku melihat sebuah tangan yang lembut memindahkanku. Hah.. Berapa kali aku melihatnya, aku masih tak terbiasa.
Aku yakin aku tertidur seusai meminum obat tidurku... saat aku membuka mata lagi, aku terlihat seperti ini. Apa ini masuk akal? Apa yang sebenarnya terjadi, ini bahkan bukan novel fantasi hingga aku berubah jadi seorang bayi.
Terlebih lagi, pelayan yang bekerja adalah aku, putri negeri ini. Dunia ini sungguh kejam.
"Putri!"
Ah, pelayan ini selalu seperti ini! Apa kau diperbolehkan membuka pintu dengan sangat keras dan berteriak semaumu?
"Ketua pelayan berkata kita kehabisan dana. Jadi bermainlah dengan yang Putri punya."
Pelayan memaksaku menggenggam bel dengan tanganku dan kembali merajut.
"Aku tak akan menenangkanmu meski Putri menangis kali ini. Aku sangat sibuk."
Kata-katanya dan intonasi yang ia pilih sangat tidak ramah dan kasar.
Aku adakah BAYI. Apa kau pikir aku bakalan paham dengan apa yang kau katakan? Wahhh, ini tidak adil!
Mungkinkah jadi Putri seperti ini. Di masa lalu aku adalah orang yatim piatu, aku sangat bersyukur bisa terlahir sebagai putri dengan sendok emas di mulutnya, tapi... Kenapa harus jadi putri yang tak dianggap! Wahh!
"Apa yang harus kulakukan agar Yang Mulia menyayangiku?"
Atanasia menatap seseorang yang duduk dihadapannya dengan wajah penuh air mata. Ayahnya, Yang Mulia Claude hanya menunduk menatapnya tanpa emosi.
"Apa saya harus menjadi seperti Zenith? Jika begitu, akankah Ayah menyayangiku? Seperti yang Ayah lakukan pada Zenith, memanggil namaku dengan mata yang penuh kehangatan? Jika aku berusaha lebih keras lagi..."
Saudara tirinya yang cantik. Zenith mendapatkan kemewahan yang tak pernah didapat Atanasia sebelumnya, tidak cukup dengan itu, ia juga mencuri Ayah Atanasia.
Gugup karena menyebut nama itu di hadapan Ayahnya, Atanasia sudah sangat kacau sekarang. "Dibanding membuangku, bisakah Ayah menyambutku dengan kedua tanganmu?
"Tidak akan. Sampai aku mati sekalipun."
"Bagaimana mungkin?"
Claude tidak ragu menjawab. Dia tidak terkejut melihat putrinya yang biasanya tenang menjadi ingin dikasihani di depannya.
"Aku juga putrimu, Ayah. Aku ada disini jauh lebih lama daripada Zenith."
Atanasia mengerahkan seluruh keberaniannya untuk mengucapkan permohonan pertama dan terakhirnya. Yang Mulia, Ayahnya tetap tak berkutik barang sedikit pun hingga akhir.
"Dasar bodoh."
Tangan yang memegang kaki Claude kehilangan kekuatannya dan jatuh ke lantai. Kata-kata itu membuat hati dan pikiran Atanasia hancur. Kata itu membuat hati Atanasia remuk hingga bisa membuat telinganya berdarah saat itu juga.
"Aku tak pernah sekalipun menganggapmu sebagai anakku."
Mata biru laut Atanasia tenggelam dalam keputusasaan...
-Chapter 8: Takdir yang Berputar Ω
***
"Aish*!"
Gila.
Bayangan tiba-tiba bagian sebuah novel membuatku tak bisa berkata apapun hingga aku menjatuhkan mainan bayi.
Kenapa aku tiba-tiba membayangkan apa yang terjadi di novel yang baru saja aku baca? Novel romansa yang aku lihat sekilas saat aku melihat seorang pria yang selesai bermain game di tempat aku bekerja sebelumnya.
Novel itu berjudul <Lovely Princess> mempunyai judul yang tak biasa dan sangat cocok dengan isinya, plot dari novelnya juga tak biasa dan terkesan kekanakan.
Apa karena seorang putri 18 tahun yang dibunuh oleh ayahnya sendiri seperti diriku? Argh. Aku benar-benar tidak beruntung. Shoo, shoo! Pergi dari pikiranku sekarang juga!
"Oh, apa ini? Siapa yang membuatku marah berulangkali dan menjatuhkan barang?"
Tak berapa lama, seorang wanita yang tidur di kursi bangun karena suara bel. Ia melemparkan tongkat padaku. Tentu saja, ini tidak masuk akal sama sekali.
Berulangkali? Aku hanya menjatuhkannya sekali! Apa lagi yang kujatuhkan hingga harus berada disini. Selain itu, bayi memang menjatuhkan benda berkali-kali!
"Jangan merengek dan mainkan ini saja."
Bahkan kau tidak membasuh mainan yang jatuh? Aku tak tau apakah memang dunia ini sampah atau orang-orang ini yang tidak memperhatikanku karena aku putri yang tak dianggap. Kupikir aku adalah putri a former... hiks, aku yak ingin mempercayainya.
"Wahh!"
Aku menjatuhkan bel itu sekali lagi.
Meski aku hanyalah seoranh bayi yang hanya bisa merengek, ini tidak benar.
Lalu kemudian, pelayan yang jelek mulai menenangkanku. Meski begitu, wajah menjengkelkan terpatri di wajahny.
"Kenapa menangis? Aku sibuk karena banyak yang harus kujahit. Ini, aku akan mengambilkannya untukmu."
"iswh. (Ini)"
Aku tak suka mainan ini! Aku sudah menjatuhkannya dua kali, dan ini kotor, terlebih ini bukan gayaku! Meski tubuhku adalah bayi, jika kau tau berapa usia mentalku, bermain dengan bel ini sama sekali tidak menyenangkan!
"Apa dia sakit sekarang?"
Dia menggelengkan kepalanya beberapa kali, lalu menaruhku yang main di atas karpet, di belakang tempat tidur bayi. Dia pasti pergi ke tempatnya. Jika kau akan membawakan bel lagi, mending tak usah kembali.
"Wah ngh."
Aku merebahkan diri dengan tenang dan mengalihkan pandangan. Saat aku melakukannya, aku melihat sebuah tangan yang lembut memindahkanku. Hah.. Berapa kali aku melihatnya, aku masih tak terbiasa.
Aku yakin aku tertidur seusai meminum obat tidurku... saat aku membuka mata lagi, aku terlihat seperti ini. Apa ini masuk akal? Apa yang sebenarnya terjadi, ini bahkan bukan novel fantasi hingga aku berubah jadi seorang bayi.
Terlebih lagi, pelayan yang bekerja adalah aku, putri negeri ini. Dunia ini sungguh kejam.
"Putri!"
Ah, pelayan ini selalu seperti ini! Apa kau diperbolehkan membuka pintu dengan sangat keras dan berteriak semaumu?
"Ketua pelayan berkata kita kehabisan dana. Jadi bermainlah dengan yang Putri punya."
Pelayan memaksaku menggenggam bel dengan tanganku dan kembali merajut.
"Aku tak akan menenangkanmu meski Putri menangis kali ini. Aku sangat sibuk."
Kata-katanya dan intonasi yang ia pilih sangat tidak ramah dan kasar.
Aku adakah BAYI. Apa kau pikir aku bakalan paham dengan apa yang kau katakan? Wahhh, ini tidak adil!
Mungkinkah jadi Putri seperti ini. Di masa lalu aku adalah orang yatim piatu, aku sangat bersyukur bisa terlahir sebagai putri dengan sendok emas di mulutnya, tapi... Kenapa harus jadi putri yang tak dianggap! Wahh!
0 Comments